Thursday 18 July 2013

Hanya Tinggal 1,5 Derajat Saja Sebelum Semuanya Mencair

Sekarang sudah ada angkanya. Ilmuwan dari Unversitas Oxford mengatakan hanya dengan kenaikan suhu 1,5°C akan cukup untuk membawa dunia ke dalam skenario kiamat.

Kenaikan suhu ini mulai mencairkan lapisan es di Siberia. Wilayah ini meliputi sekitar seperempat dari total luas permukaan daratan di belahan bumi utara, mencairnya lapisan es di sana bakal melepaskan ratusan gigaton gas metana dan karbon dioksida ke atmosfer kita.


Walaupun para ilmuwan mengklaim bahwa proses pencairan es seperti ini masih akan berlangsung puluhan tahun mendatang, namun  faktanya tetap: dalam spektrum miliaran tahun, wilayah hunian manusia akan semakin minim dan kerap mendatangkan bencana.

Mari bandingkan waktu kita di bumi dengan stalaktit dan stalagmit yang dipelajari di Siberia. Semua telah terbentuk selama ratusan ribu tahun dari lapisan es yang mencair dan menetes ke dalam gua. Melalui zaman es dan berbagai peradaban, masa-masa pemanasan dan perang, semua telah tumbuh dan menyusut karena pengaruh lingkungan. Para ilmuwan dapat mengukur setiap stalaktit dan stalagmit seperti seorang penebang pohon yang dapat menghitung umur pohon – dengan memotong pohonnya. (Tentu saja, dalam hal ini para ilmuwan menggunakan pengukur waktu radio-karbon, bukan gergaji.) Selanjutnya, mereka dapat menguji laju pertumbuhan dan peluruhan stalaktit dan stalakmit tersebut, yang dapat dihubungkan dengan periode tertentu dalam sejarah.

Para ilmuwan menemukan bahwa stalaktit Siberia mengalami pertumbuhan pesat selama 400.000 tahun silam, ketika suhu 1,5°C lebih tinggi dari saat ini. Artinya, temuan ini menunjukkan bahwa lapisan es akan mencair lagi dengan cepat jika suhu naik ke tingkat yang sama.

Saat ini, suhu global diperkirakan 0,6° - 0,7°C lebih tinggi dibanding masa prarevolusi industri.
Anton Vaks, dari Departemen Ilmu Bumi Universitas Oxford dan salah satu dari kepala ilmuwan Tim Siberia, mengisyaratkan bahwa temuan mereka bisa berdampak pada infrastruktur energi, termasuk peletakan pipa gas alam dan operasi pengeboran di waktu mendatang. O iya, dan satu lagi: hal tersebut dapat mengakibatkan kekacauan di dunia ini. “Meskipun itu bukanlah fokus utama dari penelitian kami, namun penelitian kami juga memperlihatkan bahwa jika dunia ini lebih hangat 1,5°C saja – ini sudah cukup hangat untuk mencairkan lapisan es yang paling dingin – mereka yang berada daerah-daerah perbatasan akan melihat perubahan yang berarti, Gurun Gobi di Mongolia bisa menjadi lebih basah daripada saat ini.”

Lautan-lautan baru akan menenggelamkan gurun-gurun yang ada saat ini. Kota-kota yang berada di garis pantai bakal terendam air. Kedengarannya seperti dalam film Hollywood, tapi saya pastikan – ancaman ini  sungguh nyata. Kita perlu mendapat penghargaan atas konsekuensi dan efek domino dari setiap keputusan yang kita ambil, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Membiarkan air mengalir saat menggosok gigi. Menyalakan lampu berlebih meskipun Anda bahkan tidak di dalam ruangan tersebut. Hal-hal ini tampaknya sepele, padahal semua itu menambah masalah pada pemanasan global dan konsumsi energi secara keseluruhan.

Masalah konsumsi telah dikeluarkan dari dalam perdebatan, karena demokrasi sering menyetarakan konsumsi dengan kebebasan pribadi. Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Kita harus mengevaluasi kembali cara kita memproduksi dan mendistribusikan energi. Lalu bagaimana cara yang baik untuk memulai ini? SH-box dari NRGLab – sebuah alat yang dirancang sebagai alternatif energi hemat biaya terhadap sumber bahan bakar penghasil karbon.Alpha

Kitalah yang memutuskan cara kita hidup di dunia ini. Meskipun hal baik atau buruk masih harus terlihat. Karena semakin sulit menambahkan saluran pipa  untuk memenuhi kebiasaan kebutuhan konsumsi kita, yang menghangatkan planet ini, akibatnya harga gas menjadi lebih mahal, sementara orang-orang justru makin miskin dan lebih stres. Kiamat dunia ini tidak selalu terletak di dasar samudra. Kadangkala, justru terletak di bawah kaki kita sendiri.



Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 23 Februari, http://nrglabjohnwish.wordpress.com/2013/02/23/just-1-5-degrees-away-from-total-meltdown/

[ Unversitas Oxford, Anton Vaks, Departemen Ilmu Bumi Universitas Oxford, nrglab, nrglab ana shell, nrglab asia, nrglab pte ltd, nrglab sh-box, nrglab singapore, nrglab сингапур, ana shell ]

No comments:

Post a Comment