NRLab tidak sendirian dalam membantu negara-negara berkembang
memperoleh akses ke energi yang dapat diandalkan. Sebuah program yang ditetapkan oleh Bank
Dunia membantu negara-negara berkembang memetakan potensi energi mereka. Harapannya adalah dengan peta baru ini akan
memberikan sebuah rencana bagi berbagai
negara untuk membuat infrastruktur energi terbarukan dan mandiri. Semoga saja.
Program Bank Dunia ini juga mencakup model-model energi solar
dan angin yang sudah kuno guna menyediakan data riil bagi pemerintah di
berbagai negara agar mereka dapat memahami potensi sumber daya mereka. Pakistan melambangkan tantangan energi yang
dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Meskipun mempunyai sumber daya energi terbarukan yang melimpah, seperti
air, limbah bio, surya, dan angin - sepertiga populasi Pakistan hidup tanpa
adanya akses ke listrik secara rutin.
Pakistan mempunyai tujuan mulia untuk program-program energi surya dan
angin yang saat ini sedang dikembangkan, sedangkan proyek-proyek inovatif
seperti yang ditawarkan oleh NRGLab hilang begitu saja.
"Pentingnya pemetaan sumber daya ini tidak dapat dianggap berlebihan,"
ujar Arif Alauddin, Direktur Pakistan’s
National Energy Conservation Center. "Kekurangan energi di negara ini
belum pernah terjadi sebelumnya, biaya akan naik, dan impor minyak bumi memakan
sebagian besar penghasilan dari ekspor Pakistan. Ada kebutuhan untuk beralih ke sumber-sumber
energi terbarukan dari dalam negeri."
Meskipun peta-peta tenaga surya dan angin sudah ada selama
beberapa tahun belakangan ini, namun peta tersebut gagal mengenali
proyek-proyek sektor swasta yang memerlukan dana pembangunan. Jadi pada
dasarnya, yang kaya tetap kaya, sedangkan para ilmuwan lain dalam komunitas
sains berjuang agar mendapat perhatian.
Karena permasalahan ini jugalah maka Bank Dunia bergabung dengan
sembilan negara lain termasuk Pakistan, Indonesia, Lesotho, Madagaskar,
Mawadewa, Papua Nugini, Tanzania, dan Zambia membuat peta baru potensi energi
terbarukan. Dengan pendanaan dari Energy Sector Management Assistance Program
(ESMAP), peta tersebut akan meliputi tenaga surya, angin, biomassa, dan potensi
kecil PLTA.
Pemetaan sumber daya tentu saja merupakan sebuah langkah ke arah
yang benar. Namun, apakah itu benar-benar mencakup berbagai peluang energi yang
disajikan oleh NRGLab?
Dengan teknik gasifikasi revolusioner yang dimilikinya, NRGLab
dapat mengubah semua gas alam, batu bara, sekam padi, dan APG menjadi bahan
bakar yang dapat digunakan. Untuk negara-negara berkembang, ini berarti
meningkatkan bagian mereka dalam pasar energi global, selain membuat
infrastruktur domestik yang berkelanjutan dan mandiri.
"Pemetaan sumber daya adalah sebuah langkah penting dalam
menyediakan sumber daya dan kepastian kebijakan yang diperlukan para pengembang
komersial untuk meningkatkan investasi dalam bidang energi terbarukan,"
ungkap Oliver Knight, Senior Energy Specialist at ESMAP. Selain itu, otoritas
pemerintah sebaiknya diberi tahu saat menegosiasikan proyek-proyek tertentu,
sehingga para donor akan dapat melihat kejelasan data dan kebutuhan kapasitas,
serta potensi energi terbarukan dari klien mereka."
NRGLab telah memfokuskan pada tujuan ini sedari awal. Menyediakan energi alternatif yang hemat
biaya dan bersih adalah solusi terhadap krisis energi. Untuk informasi selengkapnya mengenai
kemitraan dengan NRGLab, silakan mengunjungi www.nrglab.asia.
Bersama kita bisa memastikan masa depan yang lebih hijau. Untuk
anak-anak kita. Dan untuk anak-anak
mereka. Berabad-abad kemudian setelah
masa kita berakhir.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di
publikasikan tanggal di 17.06.13: http://nrglabjohnwish.wordpress.com/2013/06/17/in-desperate-times-new-map-shows-world-wide-energy-potential/
[ Program bank dunia, NRGLab, Arif Alauddin, National Energy Conservation Center, ESMAP, PLTA, APG ]
No comments:
Post a Comment