Thursday 17 April 2014

INGIN MENGUBAH SUATU NEGARA? KEMBANGKAN PROGRAM ENERGI YANG TERBARUKAN!

Lembah di sekitar Sungai Indus di Pakistan adalah salah satu wilayah terpanas di bumi. Suhunya berada di kisaran 37 derajat celcius. Namun daripada dimanfaatkan untuk panel surya, lembah tadi disia-siakan. Kira-kira hanya sepertiga warga Pakistan di wilayah tersebut yang memiliki akses ke sarana listrik. Bagaimana mungkin sebuah negara dapat membuat kemajuan di bidang sosial, budaya, dan politik tanpa adanya populasi yang berpengetahuan luas serta melek teknologi?

Bank Dunia telah berupaya sejak lama untuk dapat menjembatani negara-negara berkembang dengan sumber daya berlimpah dengan informasi yang dapat membantu mereka berkompetisi pada perekonomian di tingkat global. Investasi senilai 11,6 juta dolar telah dikucurkan dalam upaya pengumpulan data untuk membantu negara-negara berkembang ini agar berada pada jalur energi terbarukan, tapi hingga saat ini belum memperoleh hasil.
JIka di sebagian belahan dunia yang lain mengalami berbagai masalah seperti pengangguran, kesehatan, dan pengendalian senjata, masih banyak bagian lain dari dunia ini masih bergumul dengan masalah-masalah mati listrik dan sumur air yang tercemar. Hal-hal yang kadang kurang kita hargai. Rumah sakit tidak bisa beroperasi. Sekolah-sekolah tutup. Usaha kecil bangkrut. Asia dan Afrika temasuk di antara kira-kira dua per tiga dari total 1,2 milyar penduduk bumi yang hidup tanpa terhubung ke dunia modern. Orang-orang ini tidak pernah mendengar Facebook atau Google!
Angka yang besar ini mencengangkan investor sehinga tidak mau berinvestasi di negara-negara berkembang. Sebaliknya, mereka menumpahkan semua dana mereka pada pasar Amerika Serikat dan Eropa  yang lebih dapat diandalkan meski sulit di prediksi.
Akibatnya, populasi miskin dunia inilah yang merasakan dampaknya. Jika suhu naik 4 derajat C, 7,2 derajat F pada tahun 2090 seperti yang diharapkan dalam sebuah riset yang dipublikasikan oleh Bank Dunia, maka pertanian di seluruh benua Afrika akan terbakar. Sawah-sawah di Asia Tenggara akan tenggelam. Orang-orang akan mati dan desa-desa akan hancur.
Bagaimana mungkin kita mengharapkan negara-negara berkembang untuk berkembang tanpa penduduknya?
Tantangan yang mereka hadapi saat ini sangat sederhana: bahan bakar fosil lebih murah daripada energi alternatif yang ramah lingkungan. Meski negara-negara terkaya dunia telah menyumbang sejumlah besar dana untuk program-program energi terbarukan di negara-negara dunia ketiga, mustahil untuk melawan bahan bakar fosil yang lebih murah dan mudah diperoleh.
Masyarakat dunia ketiga memiliki kekhawatiran lain selain emisi karbon. Kebanyakan bahkan masih kekurangan makanan.
Itu sebabnya NRGLab mengulurkan bantuan untuk negara-negara berkembang. Dengan membantu mereka menciptakan infrastruktur energi independen, kita dapat memulai proses penyembuhan.
Masa depan tidak bergantung pada bebatuan. Dan kita akan bekerja keras untuk memastikan masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di publikasikan tanggal di 26.06.2013: http://nrglabjohnwish.wordpress.com/2013/06/21/want-to-develop-the-country-develop-a-sustainable-energy-program/
Sungai Indus di Pakistan, akses ke sarana listrik, populasi yang berpengetahuan, serta melek teknologi, Bank Dunia, negara-negara berkembang, pengangguran, kesehatan,  pengendalian senjata

No comments:

Post a Comment