Lembah di sekitar
Sungai Indus di Pakistan adalah salah satu wilayah terpanas di bumi. Suhunya
berada di kisaran 37 derajat celcius. Namun daripada dimanfaatkan untuk panel
surya, lembah tadi disia-siakan. Kira-kira hanya sepertiga warga Pakistan di
wilayah tersebut yang memiliki akses ke sarana listrik. Bagaimana mungkin
sebuah negara dapat membuat kemajuan di bidang sosial, budaya, dan politik
tanpa adanya populasi yang berpengetahuan luas serta melek teknologi?
Bank Dunia telah
berupaya sejak lama untuk dapat menjembatani negara-negara berkembang dengan
sumber daya berlimpah dengan informasi yang dapat membantu mereka berkompetisi
pada perekonomian di tingkat global. Investasi senilai 11,6 juta dolar telah dikucurkan
dalam upaya pengumpulan data untuk membantu negara-negara berkembang ini agar
berada pada jalur energi terbarukan, tapi hingga saat ini belum memperoleh
hasil.
JIka di sebagian
belahan dunia yang lain mengalami berbagai masalah seperti pengangguran,
kesehatan, dan pengendalian senjata, masih banyak bagian lain dari dunia ini
masih bergumul dengan masalah-masalah mati listrik dan sumur air yang tercemar.
Hal-hal yang kadang kurang kita hargai. Rumah sakit tidak bisa beroperasi.
Sekolah-sekolah tutup. Usaha kecil bangkrut. Asia dan Afrika temasuk di antara
kira-kira dua per tiga dari total 1,2 milyar penduduk bumi yang hidup tanpa
terhubung ke dunia modern. Orang-orang ini tidak pernah mendengar Facebook atau
Google!
Angka yang besar ini
mencengangkan investor sehinga tidak mau berinvestasi di negara-negara
berkembang. Sebaliknya, mereka menumpahkan semua dana mereka pada pasar Amerika
Serikat dan Eropa yang lebih dapat
diandalkan meski sulit di prediksi.
Akibatnya, populasi miskin
dunia inilah yang merasakan dampaknya. Jika suhu naik 4 derajat C, 7,2 derajat
F pada tahun 2090 seperti yang diharapkan dalam sebuah riset yang dipublikasikan
oleh Bank Dunia, maka pertanian di seluruh benua Afrika akan terbakar.
Sawah-sawah di Asia Tenggara akan tenggelam. Orang-orang akan mati dan
desa-desa akan hancur.
Bagaimana mungkin
kita mengharapkan negara-negara berkembang untuk berkembang tanpa penduduknya?
Tantangan yang
mereka hadapi saat ini sangat sederhana: bahan bakar fosil lebih murah daripada
energi alternatif yang ramah lingkungan. Meski negara-negara terkaya dunia
telah menyumbang sejumlah besar dana untuk program-program energi terbarukan di
negara-negara dunia ketiga, mustahil untuk melawan bahan bakar fosil yang lebih
murah dan mudah diperoleh.
Masyarakat dunia
ketiga memiliki kekhawatiran lain selain emisi karbon. Kebanyakan bahkan masih
kekurangan makanan.
Itu sebabnya NRGLab
mengulurkan bantuan untuk negara-negara berkembang. Dengan membantu mereka
menciptakan infrastruktur energi independen, kita dapat memulai proses
penyembuhan.
Masa depan tidak
bergantung pada bebatuan. Dan kita akan bekerja keras untuk memastikan masa
depan yang lebih ramah lingkungan.
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris, artikel asli di
publikasikan tanggal di 26.06.2013: http://nrglabjohnwish.wordpress.com/2013/06/21/want-to-develop-the-country-develop-a-sustainable-energy-program/
Sungai Indus di Pakistan, akses ke sarana listrik, populasi yang berpengetahuan, serta melek teknologi, Bank Dunia, negara-negara berkembang, pengangguran, kesehatan, pengendalian senjata
No comments:
Post a Comment